Rabu, 21 Mei 2014

GOLPUT


Golongan putih (golput) atau disebut juga ‘No Voting Decision’ selalu ada pada setiap pesta demokrasi di mana pun terutama yang menggunakan sistem pemilihan langsung (direct voting). Mereka (para pemilih) dikatakan golput atau ‘No Voting Decision’ apabila berkeputusan untuk tidak memilih salah satu dari kontestan yang tersedia pada kertas suara ketika dilakukan pemungutan suara. Apabila cara untuk memilih dilakukan dengan mencoblos logo/foto, maka pemilih tidak mencoblos pada tempat yang sediakan sehingga kartu suara dinyatakan tidak sah. Jika untuk memilih digunakan dengan memberikan coretan atau tanda centang, maka pemilih tidak memberikan tanda centang atau memberikan tanda centang bukan pada tempat yang disediakan sehingga kartu suara menjadi tidak sah. Dari pengertian ini, mereka yang dikatakan mengambil sikap golput atau ‘No Voting Decision’ tetap hadir dan melakukan proses pemilihan sesuai dengan tata cara yang berlaku.

Mengapa rendahnya partisipasi masyarakat terhadap suatu pemilihan kerap meningkat (Golput) ?
1. Kurangnya Sosialisasi.
Sosialisasi yang dilakukan bukan hanya tentang waktu atau tempatnya pencoblosan tetapi harus disosialisasikan kepada masyarakat tentang pentingnya pemilihan tersebut, pentingnya pemahaman dan partisipasi dari masyarakat dalam suatu pemilihan selain akan menambah semaraknya pesta demokrasi juga masyrakat jadi lebih faham jika masa depan suatu Negara ataupun daerah akan ditentukan dari hasil pemilihan tersebut.
2. Waktu.
Waktu penyelenggaraan berbenturan dengan kesibukan aktifitas dari calon pemilih, sebaiknya pemerintah menganjurkan jika akan diadakan proses pemilihan meliburkan semua aktifitas yang ada sepeti yang terjadi dalam beberapa pilkada yang sudah di langsungkan di Serang, Kaltim serta dibeberapa daerah lainnya.
Menjelang pemilu 2014 khusus untuk pemilih luar negeri sebaiknya pemerintah bekerjasama dengan pihak KBRI untuk memintakan izin calon pemilih kepada perusahaan atau sekolahnya supaya mereka dapat menyalurkan hak pilihnya.
3. Kurang mengenal sosok Calon
Para calon peserta pemilihan harus lebih gencar mensosialisasikan pencalonannya kepada masyarakat, alangkah baiknya jika pengenalan calon bukan hanya melalui spanduk yang bertebaran tetapi melakukan pendekatan langsung kepada masyrakat supaya masyarakat tahu siapa yang akan menjadi wakil atau pemimpinnya.
4. Kecewa karena tidak ada perubahan berarti.
Mungkin jika alasannya karena kecewa terhadap pemerintahan yang ada akan menjadi persoalan tersendiri, sebaiknya para calon dalam berkampanye tidak hanya menyerukan tentang visi misi yang di bawa, tapi harus memberikan jaminan bagaimana jika program yang disampaikan dalam kampanye tidak berjalan (pertanggung jawaban moral seorang pemimpin kepada rakyat).
Pemahaman tentang pentingnya pemilu menjadi pekerjaan rumah bersama, sebaiknya pemerintah sebagai pihak penyelenggara dari pemilihan menggandeng semua elemen masyarakat untuk mensosialisasikan hal tersebut karena demokrasi adalah “dari,oleh dan untuk rakyat”.

sumber :
http://politik.kompasiana.com/2013/09/19/mengapa-masyarakat-memilih-golput-593242.html

http://leo4kusuma.blogspot.com/2008/12/tentang-golput-1-pengertian-secara-umum.html#.U3nignbm7ao

Pengaruh Globalisasi terhadap Identitas Nasional


   1.  Globalisasi mampu meyakinkan masyarakat Indonesia bahwa liberalisme dapat membawa kemajuan dan kemakmuran. Sehingga tidak menutup kemungkinan berubah arah dari ideologi Pancasila ke ideologi liberalisme. Jika hal tesebut terjadi akibatnya rasa nasionalisme bangsa akan hilang.
  2. Globalisasi di bidang ekonomi, hilangnya rasa cinta terhadap produk-produk dalam negeri karena banyaknya produk luar negeri (seperti Mc Donald, Coca Cola, Pizza Hut,dll.) menjamur di Indonesia. Dengan hilangnya rasa cinta terhadap produk dalam negeri menunjukan gejala berkurangnya rasa nasionalisme masyarakat kita terhadap bangsa Indonesia.
   3. Masyarakat kita khususnya anak muda banyak yang lupa akan identitas diri sebagai bangsa Indonesia, karena gaya hidupnya cenderung meniru budaya barat seperti seks bebas dikalangan remaja , yang saat ini dianggap bukan hal yang tabu lagi, perkembangan pornografi yang dengan kemajuan teknologi yang canggih banyak dikonsumsi oleh anak dibawah umur dengan bebas dan mudah mendapatkannya, tingkat peggunaan obat-obat terlarang yang sangat memprihatinkan dan bahkan negara Indonesia dijadikan objek pasar dari penjualan obat terlarang internasional.
  4. Mengakibatkan adanya kesenjangan sosial yang tajam antara yang kaya dan miskin, karena adanya persaingan bebas dalam globalisasi ekonomi. Hal tersebut dapat menimbulkan pertentangan antara yang kaya dan miskin yang dapat mengganggu kehidupan nasional bangsa.
   5. Munculnya sikap individualisme yang menimbulkan ketidakpedulian antar perilaku sesama warga. Dengan adanya individualisme maka orang tidak akan peduli dengan kehidupan bangsa.
 6.Perusahaan-perusahaan dalam negeri tidak mampu bersaing dengan perusahaan multinasional yang ada di negara kita, karena kualitas sumber daya manusia dan peralatannya lebih canggih dibandingkan perusahaan dalam negeri kita. Sehingga yang menguasai pasar lebih banyak produk dari perusahaan multinasional, yang dianggap produknya lebih berkualitas oleh masyarakat. 
Suka atau tidak suka, globalisasi adalah fakta yang harus dihadapi. Belum pernah dalam sejarah terdapat suatu negara yang mampu secara konsisten menghadapi globalisasi dengan menutup diri. Isolasi hanya mengakibatkan terhambatnya pertukaran gagasan dan teknologi yang mengakibatkan kemunduran. Cina merupakan contoh paling klasik. Politik isolasi China dimulai ketika teknologi navigasi kelautan dipandang mulai memberikan ancaman sebagai sumber masuknya pengaruh asing. Namun pada akhir abad ke-19 China yang lemah dalam hal teknologi dan ekonomi tidak mampu menahan penggerogotan yang dilakukan kekuatan-kekuatan asing

sumber

http://perubahan-tiada-henti.blogspot.com/2012/02/normal-0-false-false-false.html