Sabtu, 24 Januari 2015

Komunikasi dan Perilaku Konsumen



PENGERTIAN KOMUNIKASI DALAM PERILAKU KONSUMEN
Komunikasi merupakan alat unik yang digunakan para pemasar untuk membujuk para konsumen agar bertindak menurut cara yang diinginkan. Komunikasiterdiri dari beberapa aspek diantaranya, dapat berbentuk verbal (baik tertulis maupunlisan), visual (ilustrasi, gambar, demontrasi produk, mimic muka) atau kombinasikeduanya. Komunikasi juga dapat merupakan simbol (harga yang tinggi, pengemasanyang bermutu tinggi, logo yang mengesankan) dan menyampaikan arti khusus yangingin ditanamkan oleh pemasar.
TUJUAN KOMUNIKASI PERILAKU KONSUMEN
Setelah menerima suatu bentuk komunikasi pemasaran, ada beberapakemungkinan yang akan terjadi pada audiens:
·         Audiens bisa terpicu untuk menyadari kebutuhan akan kategori produk atau produk yang dikomunikasikan.
·         Audiens menyadari akan adanya merek yang dikomunikasikan.
·         Audiens bisa bersikap positif terhadap merek atau produk yangdikomuikasikan.
·         Audiens bisa mempunyai maksud untuk membeli merek atau produk yangdikomunikasikan.
·         Audiens bisa menunjukan berbagai macam perilaku untuk membeli merek tersebut.
KOMPONEN KOMUNIKASI
Terdapat lima unsur dasar dalam komunikasi, yaitu pengirim, penerima,medium, pesan, dan beberapa bentuk umpan balik (tanggapan penerima pesan).
a.       Pengirim/Sumber
Pengirim sebagai pemrakarsa komunikasi, dapat merupakan sumber formal maupun informal. Sumber komunikasi formal mungkin berupaorganisasi untuk memperoleh laba (komersial) maupun nirlaba. Sumber informal mungkin orang tua, atau teman yang memberikan informasi ataunasihat mengenai produk.
b.      Penerima
Penerima komunikasi pemasaran formal cenderung menjadi calon atau pelanggan yang dibidik (yaitu anggota audien yang dibidik oleh pemasar).Audien perantara dan yang tidak diharapkan juga mungkin menerimakomunikasi para pemasar. Contoh, audien perantara adalah grosir, distributor,dan pedagang ritel, yang menerima iklan perdagangan pemasar yangdimaksudkan untuk membujuk mereka agar mau memesan dan mengadakan persediaan berang dagangan. Audien yang tidak diharapkan yaitu setiap orangyang terbuka terhadap pesan yang tidak ditargetkan khusus oleh pengirim.
c.       Medium
Medium atau saluran komunikasi mungkin impersonal (misalnya,media massa) atau interpersonal (pembicaraan resmi antara tenaga penjual dan pelanggan atau pembicaraan informal antara dua orang atau lebih yang terjadisecara langsung baik melalui telepon, surat maupun online).
d.      Pesan
Pesan dapat bersifat verbal (lisan atau tertulis), nonverbal (foto,ilustrasi, atau symbol), atau kombinasi keduanya. Pesan verbal biasanya dapat mencakup informasi produk atau jasa yang lebih spesifik daripada pesannonverbal. Pesan verbal yang digabungkan dengan pesan nonverbal seringmemberikan lebih banyak informasi kepada penerima daripada salah satudiantara keduanya.
e.       Umpan Balik
Umpan balik merupakan komponen yang sangat diperlukan dalamkomunikasi interpersonal dan impersonal. Umpan balik yang cepat waktunyamemungkinkan pengirim untuk memperkuat, mengubah, atau memodifikasi pesan untuk menjamin agar dapat dimengerti sesuai dengan yangdimaksudkan.

Landasan Perilaku Konsumen Dari Komunikasi Pemasaran
Para komunikator pemasaran mengarahkan usaha mereka untuk mempengaruhi kepercayaan, sikap, reaksi emosional, dan pilihan-pilihan konsumen yang berhubungan dengan merek. Pada akhirnya, tujuan mereka adalah utnuk mendorong konsumen memilih produk yang mereka tawarkan bukan tawaran competitor. Untuk mencapai tujuan ini, komunikator pemasaran merancang pesan-pesan iklan, promosi, kalimat-kalimat dalam kemasan, nama merek, presentasi penjualan, dan aktivitas komunikasi lainnya.

1.            The Consumer Processing Model (CPM)
Dari perspektif CPM perilku dilihat sebagai hal yang rasional, amat kognitif, sistematis dan beralasan.
Pemrosesan informasi oleh konsumen dalam delapan tahap yang saling berkaitan:
1.      Exposure terhadap informasi.
2.      Atensi yang selektif.
3.      Pemahaman mengenai informasi yang disampaikan.
4.      Persetujuan mengenai informasi yang telah dipahami.
5.      Penyimpanan dalam memori mengenai informasi yang telah diterima.
6.      Perbaikan informasi dari dalam memori.
7.      Pembuatan keputusan dari altenatif yang ada.
8.      Tindakan yang dilakukan berdasarkan keputusan yang telah diambil.

Exposure terhadap informasi.
Exposure secara sederhana adalah konsumen berinteraksi dengan pesan dari pemasar (mereka melihat iklan majalah, mendengar iklan radio, dan lain-lain). Walaupun exposure merupakan tahap awal yang penting menuju tahap-tahap selanjutnya dari proses informasi, fakta yang ada mengexpose konsumen kepada pesan komunikator pemasaran tidak menjamin bahwa pesan akan memberikan pengaruh. Memperoleh exposure adalah suatu keharusan namun tidak cukup memperoleh keberhasilan komunikasi.

Atensi yang Selektif
Atensi (attention) berarti focus kepada dan mempertimbangkan pesan yang telah diekspos kepada seseorang. Konsumen memperhatikan hanya sebagian kecil dari stimulus komunikasi pemasaran karena permintaan yang dibuat berdasarkan atensi jumlahnya besar; karenanya, atensi menjadi amat selektif. Selektivitas diperlukan karena kapasitas pemrosesan informasi terbatas dan utilisasi efektif dari kapasitas ini membutuhkan alokasi energy mental dari konsumen (kapasitas processing) kepada pesan-pesan yang relevan dan sesuai dengan current goal.

Pemahaman ats Apa yang Dimaksudkan
Memahami adalah mengerti dan dapat menciptakan arti dan stimulus dan symbol-simbol yang ada. Komunikasi menjadi efektif ketika arti yang ingin disampaikan oleh komunikator pemasaran sesuia dengan apa yang benar-benar ditangkap oleh konsumen dari pesannya. Istilah pemahaman (prehension) sering digunakan bergantian dengan persepsi (perception); kedua istilah tersebut disebut juga interprestasi.
Proses perceptual dalam menginterprestasi stimulus dikenal dengan istilah perceptual encoding. Proses ini terdiri dari dua tahap utama. Feature analysis merupakan tahap awal dimana penerima pesan melihat cirri dasar (basic feature) dari stimulus (seperti ukuran, bentuk, warna, angle) dan membuat klasifikasi pendahuluan. Tahap kedua dari perceptual encoding, yaitu active synthesis, tidak hanya melakukan “pemeriksaan” terhadap cirri-ciri fisik, kontek atau situasi di mana informasi diterima mempunyai peran penting dalam menentukan apa yang diterima dan diinterprestasikan, atau dengan kata lain, dalam menentukan arti apa yang diperoleh. Interprestasi dihasilkan dari usaha mengkombinasikan atau synthesizing cirri-ciri stimulus dengan ekspektasi yang semestinya sesuia dengan kontek yang diinginkan.

Menyetujui apa yang dipahami
Tahap keempat dalam information - processing adalah persoalan mengenai apakah konsumen menyetujui argumen pesan yang dipahaminya. Adalah penting dari perspektif Komunikasi Pemasaran bahwa konsumen tidak hanya memahami sebuah pesan tetapi juga menyetujui pesan tersebut. ( dan tidak “ melawan ” atau menolaknya ). Pemahaman itu sendiri tidak menjamin bahwa pesan akan mengubah sikap konsumen atau mempengaruhi perilaku mereka. Persetujuan ( agreement ) bergantung kepada apakah pesan tersebut dapat dipercaya, atau apakah ia mengandung informasi dan daya tarik yang sesuai dengan nilai - nilai yang dianggap penting bagi konsumen.

Penyimpanan dan Pencarian/Pemanggilan Kembali Informasi yang Tersimpan
Dari perspektif Komunikasi Pemasaran, memori dilibatkan berbagai masalah yang dapat diingat konsumen ( recognize dan recall ) mengenai stimulus pemasaran, dan bagaimana mengakses dan memanggil kembali ( retrieve ) informasi tersebut ketika sedang membuat pilihan membuat untuk mengkonsumsi. Subyek mengenai memori tidak terpisahkan dari proses pembelajaran ( learning ), karenanya paragraf berikut akan terlebih dulu membahas dasar - dasar memori, kemudian menelaah dasar pembelajaran dan terakhir, menekankan kepada aplikasi praktis dari prinsip - prinsip memori dan pembelajaran dalam Komunikasi Pemasaran.

Pencarian dan Pemanggilan Informasi
Informasi yang dipelajari dan disimpan dalam memori hanya berpengaruh dalam perilaku konsumen jika ia dicari ( search ) dan dipanggil ulang ( retrieve ). Retrieval difasilitasi kerika sebuah informasi baru dihubungkan, atau diasosiasikan dengan konsep lain yang dikenal dan mudah untuk diakses.

Menentukan Pilihan di antara Alternatif yang Ada
Ketika berpikir untuk membeli sebuah produk kategori tertentu, bagaimana seorang konsumen memutuskan merek mana yang akan dipilihnya ? Jawaban yang sederhana adalah bahwa ia akan memilih merek “ terbaik ”. Namun tidak selalu jelas mana yang merupakan merek yang terbaik, khususnya yang mengingat bahwa konsumen umumnya menyimpan, dalam memori jangka panjang mereka, berbagai informasi mengenai setiap merek yang masuk dalam daftar pertimbangan mereka.
Konsumen sering menggunakan strategi penyederhanaan, disebut heuristic, untuk sampai pada keputusan yang setidaknya memuaskan jika tidak dapat dikatakan sempurna. Bentuk paling sederhana dari semua keputusan heuristic adalah affect referal. Dengan strategi ini individu dengan mudah dapat “ memanggil ” dari memorinya sikap atau pengaruh tertentu mengenai alternatif yang ada dan memilih alternatif yang pengaruhnya paling positif. Secara umum, jenis strategi ini biasa digunakan untuk produk - produk yang sering dibeli, di mana resiko pembeliannya minimum. Produk - produk semacam itu umumnya dikategorikan sebagai low - involvement purchaces.

Bertindak berdasarkan keputusan yang telah diambil
Perilaku konsumen dalam menentukan pilihan sepertinya terlihat sederhana dan pasti. Namun, sebenarnya tidak demikian. Orang tidak selalu berperilaku konsistem sesuai dengan preferensinya. Alas an utama dari hal ini adalah adanya presence of event atau factor situasional yang mengganggu, menghalangi, atau bahkan mencegah seseorang menuruti keinginannya. Factor situasional khususnya muncul dalam kasus perilaku konsumen mengenai produk high involvement.

2.            Hedonic Experiential Model (HEM)
Model Hem mungkin lebih baik dalam menjelaskan bagaimana konsumen memproses informasi dan mengambil keputusan ketika mereka merasa bebas, bahagia, dan dihadapkan kepada informasi yang positif.
Dalam perspektif CPM, konsumen dianggap memeiliki tujuan”melakukan pembelian termuran”, mendapatkan yang terbaik semurah mungkin” dan “memaksimalkan utilitas”; sedangkan perspektif HEM melihat seseorang seringkali mengkonsumsi produk semata-mata hanya untuk kesenangan, atau mengejar fantasia tau stimulasi sensorik. Komunikasi produk dari perspektif hedonic menghasilakan antisipasi untuk bersenang-senang, memenuhi fantasi, atau memperoleh perasaan senang. Sebagai perbandingan, perilaku pemilihan produk dari perspektif CPM didasarkan pada evaluasi yang cermat, bahwa alternative yang dipilih akan bersiafat lebih fungsional atau memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan alternative lain yang tersedia.


http://www.scribd.com/doc/118797459/Fix-Komunikasi-Perilaku-Konsumen#scribd
http://ilmuekonomi-hidayati.blogspot.com/2011/12/v-behaviorurldefaultvmlo.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar